Senin, 26 September 2011

sepak bola

Permainan sepak bola termasuk permainan bola besar. Sepak bola dimainkan di lapangan rumpt oleh dua regu atau dua kesebelasan yang saling berhadapan. Tujuan permaianan sepak bola adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan daerah sendiri dari serangan lawan. Karakteristik permainan adalah memainkan bola dengan menggunakan kaki ataupun dengan seluruh anggota tubuh kecuali oleh lengan.
a.      Lapangan
Lapangan sepak bola berbentuk segi empat panjang dengan ukuran sebagai berikut:
1)      panjang                                     : 100-110 m
2)    lebar                                        : 64-75 m
3)    lingkaran tengah berjari-jari      : 9, 15 m
4)    daerah gawang                           : 18, 35 x 5,5 m
5)    daerah tendangan hukuman          : 40, 32 x 16, 5 m
6)    daerah titik tendangan hukuman  : 11 m

b.     Gawang
Gawang sepak bola harus ditancapkan di tengah-tegah garis belakang dari kedua tim. Gawang terbuat dari besi, kayu, atau bahan yang lain dengan ukuran sebagai berikut:
1)      tinggi                                        : 2,4 m
2)    lebar                                        : 7,32 m
3)    diameter tiang dan palang           : 12 cm
4)    mata jaring                                : 10 cm

c.      Bola
Bola terbuat dari kulit atau bahan yang sejenis dan entuknya bulat dengan ukuran:
1)      berat           : 396-453 gr
2)    lingkaran      : 68-71 cm
3)    warna dasar  : harus putih dan memiliki 2 warna yang kontras


d.      Perlengkapan Pemain
1)      setiap pemain harus  berpakaian olahraga dengan nomor dan bercelana pendek
2)    setiap pemain harus memakai sepatu khusus sepak bola
3)    setiap pemain tidak diperbolehkan memakai barang yang dapat membahayakan, seperti cincin dan gelang.

e.      Jumlah Pemain
1)      jumlah pemain setiap regu 11 orang termasuk satu orang penjaga gawang
2)    jumlah pemain cadangan dari setiap regu adalah tujuh orang

f.      Wasit
Pertandingan sepak bola dipimpin oleh satu orang wasit dan dibantu dua orang penjaga garis.

g.      Lamanya Permainan
1)      lamanya permainan sepak bola 2 x 45 menit yang dibagi menjadi dua babak, masing-masing 45 menit, dengan diselingi waktu istirahat 15 menit.
2)    jika dalam pertandingan berakhir seri, akan diberikan tambahan waktu selama 2 x 15 menit
3)    setelah perpanjangan waktu selama 2 x 15 menit, keadaan masih seri (berimbang) akan diadakan adu penalti

h.      Permulaan Permaianan
Permainan dimulai dengan suatu tendangan permulaan (kick off) dari titik tengah lapangan oleh satu orang pemain dari satu kesebelasan yang mendapat kesempatan untuk melakukan tendangan permulaan setelah wasit meniup peluit, permainan dimulai. Tendangan permulaan bola harus melewati garis tengah walaupun hanya beberapa sentimeter.

i.        Off Side
Pemain dinyatakan off side apabila bola yang dimainkan berada lebih dekat dengan garis gawang lawan dan di belakang hanya terdapat penjaga gawang. Sementara itu, bola juga sedang dioper ke arah garis gawang lawan oleh temannya sendiri.

j.       Tendangan Bebas
Tendangan bebas dapat dilakukan secara langsung, bola ditendang ke gawang lawan atau tidak langsung (dikirim kepada teman terlebih dahulu).

k.      Hukuman Penalti
Tendangan hukuman penalti dilakukan dari titik penalti yang berjarak 11 m ke arah gawang. Tendangan penalti dilakukan oleh satu orang pemain dan posisi penjaga gawang harus di garis gawang di bawah mistar gawang yang dijaganya. Hukuman itu dilakukan jika terdapat salah satu pemain bertahan melakukan kesalahan di daerah gawang.

l.        Hands Ball
Seorang pemain dinyatakan hands ball jika lenganya menyentuh bola. Hukumannya adalah:
1)      tendangan bebas, jika tangan pemain menyentuh bola di luar daerah gawangnya sendiri
2)    tendangan penalti, jika pemain bertahan dan tangannya menyentuh bola di daerah gawangnya sendiri.

m.     Lemparan Ke Dalam
Lemparan ke dalam dilakukan oleh salah satu orang pemain dari garis samping tempat bola itu keluar melalui garis samping. Lemparan ke dalam dilemparkan dengan dua tangan.

n.      Tendangan Sudut
Tendangan sudut dilakukan dari sudut lapangan oleh satu orang pemain. Terjadinya tendangan sudut karena pemain bertahan menyentuh bola dan bola keluar melalui garis belakang.

o.      Tendangan Gawang
Tendangan gawang dilakukan dari titik daerah gawang olehseorang pemain bertahan atau penjaga gawang. Hal itu dilakukan jika penyerang menendang bola keluar lapangan melalui garis gawang.

Lempar Cakram

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Salah satu cabang atletik adalah lempar cakram yang merupakan bagian dari pancalomba (pentathlon). Ada beberapa teknik untuk melakukan lempar cakram. Untuk itu, judul di atas diangkat agar kita tahu teknik-teknik dan aturan dalam lempar cakram.

  1. Rumusan Masalah
    1. Apa yang disebut dengan lempar cakram?
    2. Bagaimana teknik permainannya?
    3. Berapa ukuran dan berat cakram untuk putra?
    4. Berapa ukuran dan berat cakram untuk putri?

  1. Tujuan
    1. Untuk melengkapi tugas Penjasorkes akhir semester 1.
    2. Menambah pengetahuan kita tentang teknik yang benar dalam melakukan lempar cakram.

BAB II

PEMBAHASAN


  1. Pengertian
Lempar cakram adalah salah satu cabang atletik pada nomor lempar. Pada acara sejak tahun 708 SM, lempar cakram merupakan bagian dari pancalomba (pentathlon). Pada permulaannya, cakram terbuat dari batu terupam halus, kemudian dari perunggu yang dicor dan ditempa. Cara melakukan lemparan yang pada mulanya menirukan gaya nelayan yang melempar jaring berulang-ulang. Kemudian, ditemukan lemparan dengan sikap badan menyiku secara khusus dengan badan agak bersandar ke depan.

  1. Teknik-teknik Lempar Cakram
1.      Cara memegang cakram
Cara memegang cakram tergantung dari lebarnya tangan dan panjangnya jari-jari. Beberapa cara memegang cakram yang banyak digunakan antara lain:
a.       Bagi yang tangannya cukup lebar, cara memegang cakram dengan meletakkan tepi cakram pada lekuk pertama dari jari-jarinya. Jari-jari sedikit renggang dengan jarak yang sama antara jari satu dengan lainnya. Cakram melekat pada telapak tangan tepat pada titik berat cakram atau sedikit di belakangnya. Makin panjang jari-jarinya, makin mudah memegang cakram dan cakram dapat dipegang erat-erat.
b.      Cara lain bagi yang memiliki tangan yang lebar adalah sebagai berikut: jari tengah dan jari telunjuk berhimpit dan jari-jari lainnya agak renggang. Jika pada cara yang pertama pengerahan tekanan pada jari-jari yang terbagi sama, pada cara kedua ini tekanan diutamakan pada jari-jari yang berhimpitan tadi. Tekanan pada jari-jari ini yang mengatur putaran cakram sewaktu lepas dari tangan.
c.       Bagi yang jari-jarinya pendek cara memegang cakram dilakukan sebagai berikut: posisi jari-jari sama dengan cara yang pertama, hanya letak tepi cakram lebih ke ujung jari-jari. Dengan sendirinya pegangan pada cakram tidak terlalu erat. Telapak tangan berarti berada di tengah-tengah cakram.



Cara memegang cakram bagi:
(a).  tangan yang cukup lebar dan jari-jari panjang,
(b). jari telunjuk dan jari  tengah,
(c).   jari-jari pendek
 




Cara memegang cakram (A-B-C-D) serta gambar E telapak tangan agak cekung.
2.      Cara Melakukan Awalan
Awalan dalam lempar cakram dilakukan dalam bentuk gerakan berputar. Banyaknya perputaran tersebut dibedakan menjadi 
   
Putaran awalan ini harus dilakukan dengan baik karena akan menentukan hasil lemparan yang maksimum. Cara melakukan awalan lempar cakram adalah sebagai berikut:
a.       Mengambil posisi yang baik, berdiri menyamping arah lemparan. Kaki direnggangkan selebar badan, sedikit ditekuk dan kendor. Berat badan bertumpu pada kedua kaki.
b.      Pusatkan perhatian untuk melakukan awalan agar mantap, kemudian cakram diayun-ayunkan ke samping kanan belakang lalu ke kiri. Gerakan ini diulang-ulang 2-3 kali dilanjutkan dengan awalan berputar. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
1)      Lengan yang memegang cakram diayunkan ke samping kanan belakang diikuti oleh gerakan memilin badan ke kanan, lengan kiri juga mengikuti gerakan ke kanan, sedikit ditekuk ke muka dada, kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan sebagian besar berada pada kaki kanan, kaki kiri mengikuti gerakan dengan tumit agak terangkat.
2)      Kemudian, cakram diayun ke samping kiri diikuti oleh badan dipilin ke kiri dengan tangan kiri dibawa ke kiri juga, berat badan dipindahkan ke kaki kiri, kaki kanan kendor dan tumit sedikit terangkat.
3)      Selanjutnya, gerakan ayunan cakram ke samping kanan belakang diulangi lagi seperti latihan di atas.


Cara melakukan awalan lempar cakram gaya menyamping

3.      Ayunan Lengan Saat Melempar
Dengan tanpa berhenti sedikitpun dari posisi siap lempar ini dilanjutkan dengan gerakan melempar cakram. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a.       Kaki kanan ditolakkan untuk mengangkat panggul dari posisi rendah di atas kaki kanan didorong ke depan atas, selanjutnya badan yang semula condong ke belakang dan tepilin ke kanan diputar ke kiri diikuti dengan gerakan panggul yang memutar ke kiri pula.
b.      Berat badan dipindahkan dari kaki kanan ke kaki kiri. Setelah badan menghadap lemparan penuh (siap lempar) dengan waktu yang tepat cakram dilemparkan kearah depan atas.
c.       Lepaskan cakram setinggi dagu dengan sudut lemparan kira-kira 90o. Cakram terlepas dari pegangan dengan berputar menurut putaran jarum jam, putaran cakram terjadi karena tekanan dari jari telunjuk. Cakram terlepas pada saat cakram berada sedikit di muka bahu.Cakram yang terlepas sebelum melewati bahu akan menjadi lemparan yang gagal sebab, kecuali lemparannya tidak akan jauh, juga tidak masuk daerah lemparan. Sebaliknya, kalau lepasny agak terlambat, sudah sampai di muka badan, hasil lemparannya tidak akan memuaskan dan akan keluar daerah lemparan.
d.      Lepasnya cakram diikuti dengan badan yang condong ke depan. Pandangan mengikuti jalannya cakram.


4.   Gerakan Akhir Setelah Melempar (Lepasnya Cakram)
                  Setelah cakram terlepas, kaki kanan harus segera dipindahkan ke muka dengan sedikit ditekuk untuk menahan agar badan yang condong ke muka tidak terlanjur terdorong keluar lingkaran. Kaki kiri dipindahkan ke belakang dan pandangan mata mengikuti jatuhnya cakram.
            Pemindahan kaki kanan dari belakang ke muka ini karena dilakukan dengan tolakan yang kuat dan pengerahan tenaga yang maksimal disertai dengan bantuan kaki kiri juga yang menolak, terjadi saat melayang sehingga merupakan suatu lompatan. Setelah lemparan dilakukan dan dinyatakan bahwa jatuhnya cakram sah, dari sikap berdiri pelempar keluar dari lingkungan melalui belahan bagian belakang, tidak dengan lari atau melompat.

Serangkaian  gerakan melempar cakram gaya menyamping dari gerakan awalan sampai akhir.


5.      Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Lempar Cakram
Hal-hal yang harus dihindari dalam melempar cakram:
- Jatuh ke belakan pada awal putaran.
-  Berputar di tempat (seperti gangsing).
-  Mambungkukkan badan ke depan (dipatahkan pada pinggang).
-  Melompat tinggi di udara.
-  Terlalu tegang di kaki.
-  Penempatan kaki yang selalu sudah dalam hubungan dengan garis lemparan.
-  Membawa berat badan pasa kaki depan dan membiarkan jatuh.
- Mendahului lemparan dengan lengan (ini termasuk mematahkan atau pembengkokkan di pinggang dan membungkukkan badan ke depan atau terlalu ke kiri).

  Hal-hal yang harus diutamakan dalam lempar cakram:
-   Berputar dengan baik.
-  Mendorong cakram melewati lingkaran.
-  Mendapatkan putaran yang besar antara badan bagian atas dan bawah.
-  Mencapai jarak yang cukup pada saat melayang  meleintasii lingkaran.
- Mendarat pada jari-jari kaki kanan dan putarlah secara aktif di atas jari-jari tersebut.
-  Mendarat dengan kaki kanan di titik pusat lingkaran dan kaki kiri ke kiri dari garis lemparan.

6.   Alat dan Sektor (lapangan Lempar Cakram)
Alat
      Cakram terbuat dari bahan kayu yang dibingkai oleh logam sebagai penguat sisi cakram.

Ukuran cakram:
Bagi
Berat (kg)
Garis Tengah (mm)
Putra
2
219-221
Putri
1
180-182

Sektor (lapangan)
ü  Lapangan untuk melempar berdiameter 2,50 meter, dalam perlombaan yang resmi terbuat dari metal atau baja.
ü  Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal dan lain-lain. Lingkaran lemparan dikelilingi oleh pagar kawat atau sangkar untuk menjamin keselamatan petugas, peserta dan penonton.
ü  Bentuk lapangan seperti huruf C, dengan diameter 7 meter, mulut 3,3 meter. Sektor lemparan dibatasi oleh garis yang berbentuk sudut 40o di pusat lingkaran.



    1. Standar Prestasi (meter)
      PUTRA
Usia
Berat
Cakram (kg)
Cukup
Baik
Sangat Baik
11-12
1
10
15
20
13-14
15
20
25
15-16
20
25
30
15-16
1,5
15
20
25
17-19
25
30
35
17-19
2
20
25
30


     

PUTRI
Usia
Berat
Cakram (kg)
Cukup
Baik
Sangat Baik
11-12
1
10
14
18
13-14
14
18
22
15-16
18
22
26
17-19
20
24
28



DAFTAR PUSTAKA


Carr, Gerry A. 2000. Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Fajar Interpratama Offset

skripsi ismam 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sisi lain kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dengan olahraga, baik olahraga untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu sehat, atau untuk meningkatkan prestasi. Olahraga  mempunyai peranan penting, karena melalui olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani, rohani, disiplin, sportivitas yang tinggi dan kepribadian yang baik, pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas (Djumidar, 2005).
Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat untuk menggugah kesadaran bangsa akan pentingnya nilai olahraga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan tujuan dari setiap negara. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, bidang olahraga juga mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga untuk mencetak atlit yang berprestasi diperlukan usaha-usaha yang ilmiah dan memerlukan berbagai analisis gerak manusia sesuai dengan ilmu gerak tubuh.
1
Kegiatan olahraga mempunyai tujuan untuk membina dan meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani secara optimal. Sementara tujuan kegiatan olahraga itu sendiri sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003: “Pendidikan nasional bertujuan megembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, guna mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (TIM, 2009:98).
Searah dengan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 di atas, pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan memiliki peranan yang sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Oleh karena itu, kerjasama antara pendidik dan peserta didik sangat diharapkan agar kegiatan pembelajaran atau proses belajar – mengajar dapat berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan  terdapat berbagai komponen yang harus disiapkan sebelum proses belajar - mengajar berlangsung. Hal ini dititik beratkan kepada seorang guru yang bertanggung jawab dalam setiap kegiatan pembelajaran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (TIM, 2009:177).
Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan dapat menggembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) agar proses pembelajaran dapat terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Di dalam silabus terdapat tujuh kompetensi dasar, salah satunya adalah mempraktikkan teknik dasar atletik serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri.
Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti : jalan, lari, lompat dan lempar (Djumidar, 2005). Dari pendapat di atas, maka keempat nomor itulah yang sering dilombakan, namun masih dapat dibagi menjadi beberapa nomor lagi, misalnya nomor lempar. Nomor lempar terdiri dari: lempar cakram, tolak peluru, lempar lembing dan lempar martil (Djumidar, 2005).
Lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas (Djumidar, 2005). Jadi, lempar cakram adalah suatu gerakan yang dilakukan menggunakan benda yang disebut cakram dengan cara melemparkan benda tersebut sejauh-jauhnya ke arah depan.
Bedasarkan pendapat di atas, lempar cakram termasuk nomor lempar yang diperlombakan, maka diperlukan teknik-teknik dalam melakukan lemparan agar dapat melemparkan cakram sejauh-jauhnya. Teknik untuk lempar cakram yang benar perlu memperhatikan unsur-unsur atau teknik dasar seperti: cara memegang cakram, sikap berdiri, posisi tangan dan gerakan kaki pada saat melempar. Oleh karena itu, untuk menghasilkan lemparan sejauh-jauhnya dalam melakukan nomor lempar cakram, banyak faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut diantaranya: faktor tinggi badan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai kaki, sudut lemparan dan sebagainya (Djumidar, 2005).
Searah dengan hal di atas, dasar dari pencapaian prestasi atau kemampuan siswa dalam melakukan gerakan-gerakan dasar suatu cabang olahraga yang diungkapkan oleh Sajoto (1995:2) perlu memiliki empat macam kelengkapan yang meliputi: 1) pengembangan fisik, 2) pengembangan teknik, 3) pengembangan mental, 4) kematangan juara. Kemudian faktor-faktor penentu pencapaian prestasi olahraga antara lain: 
1.      Aspek biologis, meliputi: a) potensi/kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill) terdiri dari: kecepatan (speed), kelincahan atau koordinasi (agility and coordination), kekuatan (power), daya tahan otot (muscular endurance), daya kerja jantung dan paru-paru (cardio respitatory function), kelentukan (fleksibility), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), dan kesehatan dalam olahraga (health for sports) b) fungsi organ-organ tubuh, c) postur dan struktur tubuh, d) gizi.
2.      Aspek psikologis
3.      Aspek lingkungan
4.      Aspek penunjang (Sajoto, 1995:2)

Faktor biologis dalam hal ini postur tubuh mencakup berbagai hal antara lain: 1) ukuran tinggi dan panjang tubuh, 2) ukuran besar, lebar, dan berat tubuh, 3) somate type (bentuk tubuh endomorphy) yaitu pendek gemuk atau mesomorpy (atletis), ectomorpy (tinggi kurus). Hal ini merupakan klasifikasi bentuk tubuh manusia yang dapat mengarah seseorang dalam memilih cabang olahraga dengan baik.
Berdasarkan faktor di atas, peneliti mengambil dua faktor untuk dijadikan sebagai variabel penelitian. Selanjutnya dibuktikan secara empiris apakah ada atau tidaknya hubungan antara kedua faktor tersebut dengan kemampuan lempar cakram. Kedua faktor tersebut adalah tinggi badan dan kekuatan otot lengan.
Tinggi badan merupakan salah satu tolak ukur seseorang dalam kemampuannya menguasai teknik dasar suatu cabang olahraga (Sajoto, 1995). Sedangkan kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan khususnya kekuatan otot lengan (Yudiana, 2008). Hal ini dikarenakan kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Demikian juga dalam nomor lempar cakram, tinggi badan dan kekuatan otot lengn juga dapat membantu kemampuan siswa dalam melempar cakram ke arah depan atau daerah pendaratan cakram untuk menghasilkan lemparan sejauh-jauhnya.
Waktu yang diberikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah, hanya satu kali pertemuan 2 x 45 menit dalam seminggu dirasakan kurang efektif oleh peserta didik untuk lebih menguasai dan memahami teknik dasar suatu cabang olahraga. Oleh karena itu, peran seorang guru pedidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sangat diharapakan untuk memberikan ekstrakurikuler suatu cabang olahraga, khususnya cabang olahraga atletik di luar jam pelajaran yang diberikan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti mengangkat judul: “Hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas  Negeri 1 Pemangkat tahun 2011”.
B.     Masalah dan Sub Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011?”
Agar dapat dilakukan penelitian dengan terarah, maka masalah-masalah umum tersebut dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:
1.      Apakah ada hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011?
2.      Apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas  Negeri 1 Pemangkat tahun 2011?
3.      Apakah ada sumbangan gabungan antara tingggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian masalah dan sub masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1.      Untuk mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
2.      Untuk mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
3.      Untuk mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
D.    Manfaat Penelitian
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan keilmuan bagi yang mendalami bidang ilmu pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman mengenai tinggi badan dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

a.       Bagi Peneliti
1)      Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah di STKIP PGRI Pontianak.
2)      Sebagai bahan bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir, yaitu penyelesaian skripsi.
b.      Bagi Lembaga
1)      Sebagai bahan tambahan perpustakaan yang dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca atau peneliti lain.
2)      Sebagai bahan dokumentasi yang pernah dilaksanakan oleh mahasiswa di STKIP PGRI Pontianak.
c.       Bagi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
1)      Sebagai bahan evaluasi proses pembelajaran dan menjadi tolak ukur seleksi calon siswa untuk mewakili sekolah dalam pekan olahraga pelajar pada cabang olahraga atletik umumnya dan nomor lempar cakram khususnya.
2)      Sebagai bahan tambahan untuk pembelajaran cabang olahraga atletik, khususnya nomor lempar cakram.
d.      Bagi Pelatih
1)      Sebagai tolak ukur dalam pemilihan calon atlit.
2)      Sebagai bahan tambahan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan bentuk tes dan pengukuran cabang olahraga atletik khususnya lempar cakram.
E.     Ruang Lingkup Penelitian
1.      Variabel Penelitian
Variabel peneltian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2009:38) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai: “atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai ‘variasi’ antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain”. Dinamakan variabel karena ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan variabel. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Bedasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penenelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
a.       Variabel Bebas
Variabel bebas adalah suatu kondisi untuk menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi atau merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Jadi variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh pada variabel lain, sehingga tanpa variabel ini tidak akan muncul variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah tinggi badan dan kekuatan otot lengan.
b.      Variabel terikat
Variabel terikat adalah suatu kondisi yang muncul karena adanya variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Jadi variabel terikat ini adalah variabel yang timbul akibat variabel lain yaitu variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan lempar cakram.
2.      Definisi Operasional
a.       Hubungan
Hubungan adalah suatu keadaan berhubungan atau ikatan (TIM 2002).
b.      Tinggi badan
Tinggi adalah jarak suatu titik yang diukur dari atas ke bawah atau sebaliknya. Badan adalah bagian dari anggota tubuh. Jadi tinggi badan adalah anggota tubuh yang diukur dari atas ke bawah atau sebaliknya (Syaifuddin, 1997). Jadi tinggi badan adalah anggota tubuh yang diukur dari atas ke bawah (telapak kaki sampai kepala).
c.       Kekuatan otot lengan
Kekuatan (Strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (Sajoto, 1995). Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme (Syaifuddin, 1997). Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang untuk mengerahkan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan. Lengan adalah anggota gerak tubuh bagian atas yang dikaitkan dengan badan dengan perantaraan gelang bahu yang terdiri dari scavula dan clavicula (Syaifuddin, 1997). Jadi, kekuatan otot lengan adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengerahkan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sesuai tahanan/beban dengan menggunakan anggota gerak tubuh bagian atas (lengan).
d.      Kemampuan lempar cakram
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kepandaian atau kemahiran melakukan suatu pekerjaan (TIM, 2002). Lempar adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas (Djumidar, 2005). Cakram adalah suatu alat lempar berbentuk lingkaran yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai, dengan pinggiran dari metal atau besi yang tepinya dibuat membulat (Syarifuddin, 1992). Jadi, kemampuan lempar cakram adalah kecakapan atau kemahiran seseorang menyalurkan benda (cakram) yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan sejauh-jauhnya ke arah depan.
F.     Hipotesis
Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itu maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Hipotesis adalah: “sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 2006:71). Sedangkan menurut Nawawi (2007) menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Sedangkan menurut Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalaimat pertanyaan.
Merumuskan hopotesis menurut Sutrisno Hadi (Arikunto, 2006:71) adalah:
Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan, permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitan yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas dua hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu:
1.      Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik, dicapai melalui membaca
2.      Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang masih dangkal, yang harus di uji kebenarannya melalui pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis yaitu:
1.      Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan kamampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri  1 Pemangkat tahun 2011.
2.      Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri  1 Pemangkat tahun 2011
3.      Ada sumbangan gabungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri  1 Pemangkat tahun 2011.






BAB II
TINGGI BADAN, KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN
KEMAMPUAN LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING

A.    Pengertian Atletik
Atletik adalah induk dari cabang olahraga, karena kemampuan gerakan dasar dari semua cabang olahraga yang terdiri dari jalan, lari, lempar dan lompat (Syarifuddin, 1992). Atletik merupakan aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lainnya, juga merupakan unsur olahraga yang amat penting dalam acara pesta olahraga untuk tingkat umum maupun pelajar. Untuk tingkat pelajar misalnya POPDA, POPNAS, PORSENI, O2SN dan masih banyak lagi yang lainnya baik untuk tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti: jalan, lari, lompat dan lempar (Djumidar, 2005). Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya. Selain untuk sarana pendidikan juga sebagai sarana penelitian bagi para ilmuwan.
14
Atletik berasal dari bahasa Yunani, Athlon atau Athlum yang berarti perlombaan, pertandigan, pergulatan atau suatu perjuangan (Djumidar, 2005). Sedangkan orang melakukannya disebut (atlit). Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
B.     Lempar Cakram
Teknik dasar lempar cakram (Carr, 2000) adalah:
1.       Cara memegang cakram
Cara memegang cakram tergantung dari lebarnya tangan dan panjangnya jari-jari (Carr, 2000). Beberapa cara memegang cakram yang banyak digunakan antara lain:
a.       Bagi yang tangannya cukup lebar, cara memegang cakram dengan meletakkan tepi cakram pada lekuk pertama dari jari-jarinya. Jari-jari sedikit renggang dengan jarak yang sama antara jari satu dengan lainnya. Cakram melekat pada telapak tangan tepat pada titik berat cakram atau sedikit di belakangnya. Makin panjang jari-jarinya, makin mudah memegang cakram dan cakram dapat dipegang erat-erat.
b.       Cara lain bagi yang memiliki tangan yang lebar adalah sebagai berikut: jari tengah dan jari telunjuk berhimpit dan jari-jari lainnya agak renggang. Jika pada cara yang pertama pengerahan tekanan pada jari-jari yang terbagi sama, pada cara kedua ini tekanan diutamakan pada jari-jari yang berhimpitan tadi. Tekanan pada jari-jari ini yang mengatur putaran cakram sewaktu lepas dari tangan.
c.       Bagi yang jari-jarinya pendek cara memegang cakram dilakukan sebagai berikut: posisi jari-jari sama dengan cara yang pertama, hanya letak tepi cakram lebih ke ujung jari-jari. Dengan sendirinya pegangan pada cakram tidak terlalu erat. Telapak tangan berarti berada di tengah-tengah cakram.






         Gambar 2. 1  
       Cara memegang cakram (Carr, 2000)

Cara memegang cakram bagi:
a.       Gambar A untuk tangan yang cukup lebar dan jari-jari panjang.
b.      Gambar B untuk jari telunjuk dan jari  tengah.
c.       Gambar C, D dan E untuk jari-jari pendek.
2.      Cara Melakukan Awalan
Awalan dalam lempar cakram dilakukan dalam bentuk gerakan berputar. Putaran awalan ini harus dilakukan dengan baik karena akan menentukan hasil lemparan yang maksimum (PASI, 1993)). Cara melakukan awalan lempar cakram adalah sebagai berikut:
a.       Mengambil posisi yang baik, berdiri menyamping arah lemparan. Kaki direnggangkan selebar badan, sedikit ditekuk dan kendor. Berat badan bertumpu pada kedua kaki.
b.      Pusatkan perhatian untuk melakukan awalan agar mantap, kemudian cakram diayun-ayunkan ke samping kanan belakang lalu ke kiri. Gerakan ini diulang-ulang 2-3 kali dilanjutkan dengan awalan berputar. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
1)      Lengan yang memegang cakram diayunkan ke samping kanan belakang diikuti oleh gerakan memilin badan ke kanan, lengan kiri juga mengikuti gerakan ke kanan, sedikit ditekuk ke muka dada, kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan sebagian besar berada pada kaki kanan, kaki kiri mengikuti gerakan dengan tumit agak terangkat.
2)      Kemudian, cakram diayun ke samping kiri diikuti oleh badan dipilin ke kiri dengan tangan kiri dibawa ke kiri juga, berat badan dipindahkan ke kaki kiri, kaki kanan kendor dan tumit sedikit terangkat.
3)      Selanjutnya, gerakan ayunan cakram ke samping kanan belakang diulangi lagi seperti latihan di atas.






Gambar  2. 2  
Cara melakukan awalan lempar cakram gaya menyamping (Carr, 2000)

3.      Ayunan Lengan Saat Melempar
Dengan tanpa berhenti sedikitpun dari posisi siap lempar ini dilanjutkan dengan gerakan melempar cakram (Carr, 2000). Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a.       Kaki kanan ditolakkan untuk mengangkat panggul dari posisi rendah di atas kaki kanan didorong ke depan atas, selanjutnya badan yang semula condong ke belakang dan tepilin ke kanan diputar ke kiri diikuti dengan gerakan panggul yang memutar ke kiri pula.
b.      Berat badan dipindahkan dari kaki kanan ke kaki kiri. Setelah badan menghadap lemparan penuh (siap lempar) dengan waktu yang tepat cakram dilemparkan kearah depan atas.
c.       Lepaskan cakram setinggi dagu dengan sudut lemparan kira-kira 90o. Cakram terlepas dari pegangan dengan berputar menurut putaran jarum jam, putaran cakram terjadi karena tekanan dari jari telunjuk. Cakram terlepas pada saat cakram berada sedikit di muka bahu. Cakram yang terlepas sebelum melewati bahu akan menjadi lemparan yang gagal sebab, kecuali lemparannya tidak akan jauh, juga tidak masuk daerah lemparan. Sebaliknya, kalau lepasnya agak terlambat, sudah sampai di muka badan, hasil lemparannya tidak akan memuaskan dan akan keluar daerah lemparan.
d.      Lepasnya cakram diikuti dengan badan yang condong ke depan. Pandangan mengikuti jalannya cakram.

Gambar 2. 3  
Ayunan lengan saat melempar (Carr, 2000)





4.      Gerakan Akhir Setelah Melempar (Lepasnya Cakram)
Setelah cakram terlepas, kaki kanan harus segera dipindahkan ke muka dengan sedikit ditekuk untuk menahan agar badan yang condong ke muka tidak terlanjur terdorong keluar lingkaran. Kaki kiri dipindahkan ke belakang dan pandangan mata mengikuti jatuhnya cakram.
Pemindahan kaki kanan dari belakang ke muka ini karena dilakukan dengan tolakan yang kuat dan pengerahan tenaga yang maksimal disertai dengan bantuan kaki kiri juga yang menolak, terjadi saat melayang sehingga merupakan suatu lompatan. Setelah lemparan dilakukan dan dinyatakan bahwa jatuhnya cakram sah, dari sikap berdiri pelempar keluar dari lingkungan melalui belahan bagian belakang, tidak dengan lari atau melompat (Roji, 2007).




Gambar 2.4
Serangkaian  gerakan melempar cakram gaya menyamping dari gerakan awalan sampai akhir (Carr, 2000)

 


5.      Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lempar Cakram
Hal-hal yang harus dihindari dalam melempar cakram:
a.       Jatuh ke belakan pada awal putaran.
b.      Berputar di tempat (seperti gangsing).
c.       Mambungkukkan badan ke depan (dipatahkan pada pinggang).
d.      Melompat tinggi di udara.
e.       Terlalu tegang di kaki.
f.        Penempatan kaki yang selalu sudah dalam hubungan dengan garis lemparan.
g.      Membawa berat badan pasa kaki depan dan membiarkan jatuh.
h.      Mendahului lemparan dengan lengan (ini termasuk mematahkan atau pembengkokkan di pinggang dan membungkukkan badan ke depan atau terlalu ke kiri (Carr, 2000).
                                                            Hal-hal yang harus diutamakan dalam lempar cakram:
a.       Berputar dengan baik.
b.      Mendorong cakram melewati lingkaran.
c.       Mendapatkan putaran yang besar antara badan bagian atas dan bawah.
d.      Mencapai jarak yang cukup pada saat melayang  melintasi lingkaran.
e.       Mendarat pada jari-jari kaki kanan dan putarlah secara aktif di atas jari-jari tersebut.
f.       Mendarat dengan kaki kanan di titik pusat lingkaran dan kaki kiri ke kiri dari garis lemparan (Carr, 2000).

6.      Alat dan Sektor (Lapangan Lempar Cakram)
a.       Alat
Cakram terbuat dari bahan kayu yang dibingkai oleh logam sebagai penguat sisi cakram (Carr, 2000).
Gambar 2.5 
Cakram (Carr, 2000)









Tabel 2.1
Ukuran Cakram

Siswa
Berat (kg)
Garis Tengah (mm)
Putra
2
219-221
Putri
1
180-182
                  Sumber: Roji, 2007
b.      Sektor (lapangan)
1)      Lapangan untuk melempar berdiameter 2,50 meter, dalam perlombaan yang resmi terbuat dari metal atau baja.
2)      Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal dan lain-lain. Lingkaran lemparan dikelilingi oleh pagar kawat atau sangkar untuk menjamin keselamatan petugas, peserta dan penonton.
3)      Bentuk lapangan seperti huruf C, dengan diameter 7 meter, mulut 3,3 meter. Sektor lemparan dibatasi oleh garis yang berbentuk sudut 40o di pusat lingkaran (Carr, 2000).






Gambar 2.6
Sektor lempar cakram (Roji, 2007)
 


7.      Standar Prestasi (Meter)
Tabel 2.2
Standar Prestasi Putra

Usia
Berat
Cakram (kg)
Cukup
Baik
Sangat Baik
11-12
1
10
15
20
13-14
15
20
25
15-16
20
25
30
15-16
1,5
15
20
25
17-19
25
30
35
17-19
2
20
25
30
       Sumber: Carr (2000)
Tabel 2.3
Standar Prestasi Putri

Usia
Berat
Cakram (kg)
Cukup
Baik
Sangat Baik
11-12
1
10
14
18
13-14
14
18
22
15-16
18
22
26
17-19
20
24
28
       Sumber: Carr (2000)
C.    Tinggi Badan
Setiap makhluk hidup dalam berjalannya waktu pasti mengalami pertumbuhan dan perkembang. Kecepatan pertumbuhan fisik selama masa pertumbuhan tidak konstan, ada masa-masa pertumbuhan pesat dan ada masa-masa pertumbuhan lambat. Tanda adanya perkembangan yaitu adanya perubahan baik perubahan anatomis, fisiologis maupun perilaku. Anatomi ditunjukkan adanya perubahan kuantitas pada struktur tulang, terutama tulang-tulang panjang yang selanjutnya akan berpengaruh pada proporsi tinggi dan berat badan. Perkembangan sisi lain ditandai dengan adanya perubahan kualitatif fungsional tubuh sehingga akan bekerja secara efektif dan efisien (Syarifuddin, 1997).
D.    Kekuatan Otot Lengan
Kekuatan (Strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (Sajoto, 1995). Sedangkan Yudiana (2008) mengemukakan bahwa Kekuatan (Strenght) adalah kekuatan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme (Syarifuddin, 1997). Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang untuk mengerahkan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan (Lutan, 2002). Sedangkan menurut Prawirasaputra (2000) mengememukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Serabut otot yang ada dalam otot akan memberikan respon apabila dikenakan beban dalam latihan. Respon ini akan membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada sistem syaraf pusat.
Lengan adalah anggota gerak tubuh bagian atas yang dikaitkan dengan badan dengan perantaraan gelang bahu yang terdiri dari scavula dan clavicula (Syarifuddin, 1997). Jadi, kekuatan otot lengan adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengerahkan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sesuai tahanan/beban dengan menggunakan anggota gerak tubuh bagian atas (lengan)
Jadi berdasarkan definisi di atas, maka kekuatan otot lengan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot lengan untuk mengerahkan daya semaksimal mungkin guna mengatasi sebuah tahanan atau beban.
E.     Kemampuan Lempar Cakram
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kepandaian atau kemahiran melakukan suatu pekerjaan. Lempar adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas (Djumidar, 2005). Cakram adalah suatu alat lempar berbentuk lingkaran yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai, dengan pinggiran dari metal atau besi yang tepinya dibuat membulat (Syarifuddin, 1992).
Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti dapat menarik suatu kesimpulan apa yang dimaksud dengan kemampuan lempar cakram. Jadi, kemampuan lempar cakram adalah kecakapan atau kemahiran seseorang menyalurkan benda (cakram) yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan sejauh-jauhnya ke arah depan.
F.     Hubungan Tinggi Badan, Kekuatan Otot Lengan dengan Kemampuan Lempar Cakram Gaya Menyamping
 Tinggi badan adalah merupakan salah satu tolak ukur seseorang dalam kemampuanya menguasai teknik dasar suatu cabang olahraga (Sajoto, 1995). Sedangkan kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan khususnya kekuatan otot lengan (Yudiana, 2008). Hal ini dikarenakan kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Demikian juga dalam nomor lempar cakram, tinggi badan dan kekuatan otot lengan juga dapat membantu kemampuan siswa dalam melempar cakram ke arah depan atau daerah pendaratan cakram untuk menghasilkan lemparan sejauh-jauhnya.
Bagi seorang guru pendidikan jasmani maupun pelatih, seorang siswa memiliki postur tubuh yang tinggi dan dan kekuatan otot yang baik merupakan faktor yang dapat dijadikan acuan dalam pemilihan atlit yang baik. Dalam hal ini siswa tersebut dapat mudah dibina dan diarahkan pada salah satu cabang olahraga sesuai dengan kemampuan yang dimilki siswa tersebut dibandingkan dengan siswa yang memiliki postur tubuh yang tidak tinggi dan kekuatan otot yang kurang baik. 
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A.    Metode dan Bentuk Penelitian
1.      Metode Penelitian
Suatu penelitian dipergunakan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti, karena dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat tersebut akan dapat dihindari berbagai makna.  Untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam penelitian tentu memerlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan masalah yang akan diungkapkan. Arikunto (2006) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Nawawi (2007:67) mengatakan bahwa:
“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya”.


Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk mengetahui keadaan suatu obyek atau subyek berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

26
 
2.      Bentuk Penelitian
Dalam suatu penelitian dituntut mampu menggunakan metode dan prosedur penelitian yang tepat, dituntut juga mampu memilih bentuk yang tepat pula. Nawawi (2007) menyebutkan bentuk-bentuk pokok dari metode penelitian yang dapat digunakan dalam suatu penelitian. Diantara bentuk penelitian dimaksud adalah: studi survei (survey studies), studi hubungan (interrelationship studies), dan studi perkembangan (developmental studies).
Berdasarkan pendapat di atas, maka bentuk penelitian ini adalah studi hubungan (interrelationship studies) yaitu melakukan penelitian dengan melihat hubungan atau korelasi yang signifikan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram.
B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan kelompok yang menjadi sasaran penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subyek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas ciri khas lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Sedangkan Arikunto (2006) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan manusia, benda-benda, atau gejala-gejala yang dapat dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian.
Tabel 3.1
Distribusi Populasi Siswa
Tabel 3.1
No
Kelas
Populasi Siswa

Putra
Putri
Jumlah
1
XI IA 1
17
21
38
2
XI IA 2
18
21
39
3
XI IS 1
14
24
38
4
XI IS 2
20
18
38
5
XI IS 3
20
19
39
Jumlah
89
103
192
Distribusi Populasi Siswa












Sumber: TU SMA Negeri 1 Pemangkat
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa  sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya kerena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut dengan penelitian sampel. Menurut Arikunto (2006) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Menurut Arikunto (2006) mengemukakan cara penarikan sampel adalah Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            Sedangkan teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini menggunakan sampel kelompok atau cluster sampel, artinya dari kelompok-kelompok yang dipandang sebagai tingkatan atau strata. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 192 siswa, maka sampel penelitian 20% diambil dari seluruh jumlah populasi penelitian, yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pemangkat.
Tabel 3.2
Distribusi Sampel Siswa

No
Kelas
Sampel Siswa
Jumlah
1
XI IA 1
38 x 20% = 7,6 = 8
8
2
XI IA 2
39 x 20% = 7.8 = 8
8
3
XI IS 1
38 x 20% = 7,6 = 8
8
4
XI IS 2
38 x 20% = 7,6 = 8
8
5
XI IS 3
39 x 20% = 7.8 = 8
8
   Jumlah
40

C.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Teknik Pengumpulan Data
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin didengarkan, dan melakukan apa yang menjadi keinginannya. Anggapan dasar ini sering mengganggu peneliti sebagai manusia di dalam mengadakan pengamatan.
Seiring dengan hal di atas, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.  Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen  yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes dan pengukuran. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Dengan jenis tes performance, yang digunakan untuk tes kekuatan otot lengan pada masing-masing sampel.
Sedangkan pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara obyektif (Ismaryati, 2006). Dalam hal ini untuk mengukur tinggi badan dan kemampuan lempar cakram dari masing-masing sampel yang akan diteliti.
2.      Alat (Instrumen) Pengumpulan Data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting  di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih  penting lagi, terutama apabila menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat yang lain. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.
Alat/instrumen pengumpulan data ialah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Riduwan, 2009). Sedangkan Arikunto (2006) mengemukakan bahwa instrumen pengumpulan data tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga mengadakan pengukuran. Berdasarkan pada pengertian  ini, maka apabila kita meyebut jenis metode dan alat atau instrumen pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.
Sesuai dengan bentuk-bentuk tes yang digunakan dalam proses pengumpulan data, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Tes tinggi badan
Dalam pengukuran tinggi badan hanya dibutuhkan peralatan dan tempat yang berupa dataran yang permukaannya rata untuk berdiri testee, isolasi untuk memberi tanda di permukaan, dan benda yang mempunyai sudut siku-siku yang dapat ditempelkan di atas kepala testee. Jika menggunakan dinding, maka dipilih dinding yang permukaannya rata, tidak memiliki permukaan setengah lingkaran, dengan demikian testee dapat berdiri dengan tumit, pantat, punggung atas, dan punggung menempel pada dinding. Untuk skala pengukuran dapat dibuat tanda permanen di atas dinding papan, dengan ketelitian 0,5 cm. Dengan demikian satuan yang digunakan adalah centimeter (cm).
Mengukur tinggi badan, peneliti menggunakan alat stadio meter atau meteran, yang diukur dari bagian atas kepala (tidak termasuk rambut) sampai ke lantai dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut: testee diukur tanpa mengenakan alas kaki, berdiri tegak dengan punggung menempel dinding, dagu ditekuk ke dalam sedikit, sudut siku benar-benar ditekan di atas kepala testee mendatar dengan kemiringan rata,  tekanan di kepala testee tidak menyebabkan posisi testee melorot atau merubah posisinya (Ismaryati, 2006).
Tempelkan tumit ke lantai
Tempelkan ke kepala
Gambar 3.1
Pengukuran tinggi badan (Ismaryati, 2006:100)










b.      Tes kekuatan otot lengan
Tes angkat tubuh 30 detik (Nurhasan. 2001:138)
1)      Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan.
2)      Alat/fasilitas
Alat/fasilitas yang dibutuhkan yaitu :
a)      Lantai yang rata dan bersih
b)      Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur, sehingga testee dapat bergantung
c)      Stopwatch
d)     Formulir pencatatan hasil tes.

Gambar 3.2
Palang tunggal tes angkat tubuh (Nurhasan, 2001:138)








3)      Pelaksanaan
a)      Testee bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus seperti gambar 3.3 berikut.







Gambar 3. 3
Sikap awal tes angkat tubuh (Nurhasan, 2001:139)
 


b)      Kemudian testee mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang tanpa istirahat selama 30 detik. (lihat gambar 3.4 berikut).







Gambar 3.4
Sikap badan pada tes angkat tubuh (Nurhasan, 2001:140)
 


c.       Tes kemampuan lempar cakram
Testee melakukan lempar cakram dengan memperhatikan teknik dasar yang telah diajarkan. Testee melakukan dengan melemparkan cakram sejauh-jauhnya dan hasil lemparan testee diukur menggunakan alat stadio meter atau meteran, yang di ukur dari sektor lemparan sampai titik mendaratnya cakram pertama kali. Satuan yang digunakan adalah meter (m).


D.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penelitian, sebab dari analisis yang dilakukan tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan atas apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti harus memperhatikan langkah-langkah analisis data. Teknik analisis data ini menggunakan teknik statistik.
1.      Menyusun Raw Skor
Kegiatan pengumpulan data di lapangan akan menghasilkan data angka-angka yang disebut ‘data kasar’ (raw data). Penyebutan dengan istilah ‘data kasar’ menunjukan bahwa data itu belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi, data-data itu masih berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang biasanya berupa skor. Skor-skor tersebut dapat pula disebut dengan istilah ‘skor kasar’ biasanya relatif banyak dan tidak beraturan. Dalam pembuatan laporan penelitian, data termasuk yang harus dilaporkan. Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-data itu haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis (Marzuki, dkk., 2009).
2.      Menghitung rata-rata hitung (Mean) dari data distribusi tunggal
Keterangan:
        : Rata-rata hitung yang dicari
∑ X     : Jumlah Skor
N         : Jumlah subjek sampel
(Marzuki, dkk., 2009:64)
3.        Menghitung Standard Deviasi
s =
Keterangan :
s           : Indeks simpangan baku yang dicari
x          : Penyimpangan skor individual dari mean (X - )
N         : Jumlah subjek sampel
(Marzuki, dkk., 2009:74)
4.        Menghitung Standard Scoree (T-Skor)
Hasil perhitungan data tidak langsung dibuat perhitungan karena diperoleh satuan ukur berbeda oleh karena itu semua data ditransformasikan dalam bentuk standar T-Skor yang rumusnya seperti disebutkan oleh Marzuki, dkk., (2009:95) yaitu:
T – Skor = 50
Keterangan :
50 dan 10        :  Bilangan konstan
X                      :  Skor
                   :  Rata-rata hitung
s                       :  Simpangan baku
5.      Korelasi Product Moment
Dalam menghitung koefisien yaitu mengetahui tingkat hubungan masing-masing variabel bebas yaitu tinggi badan (X1) dan kekuatan otot lengan (X2) dengan variabel terikat yaitu kemampuan lempar cakram (Y) memakai teknik statistik korelasi product moment disebutkan oleh oleh Marzuki, dkk., (2009:131).
rxy =
Keterangan:
rxy      =   Koofisien korelasi
N       =   Jumlah subjek penelitian
=   Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari variabel x dan y
  =   Jumlah skor variabel x
  =   Jumlah skor variabel y
6.      Korelasi Ganda
Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara lebih dari satu variabel prediktor (bebas) dengan variabel kriterium (terikat). Korelasi antara tinggi badan (X1) dan kekuatan otot lengan (X2) secara serentak dengan satu variabel terikat yaitu kemampuan lempar cakram (Ү) Marzuki, dkk., (2009:161). Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi ganda dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat jadi ada tiga variabel, adalah sebagai berikut:



      R y-12 =
Keterangan:
Ry-12    = Korelasi ganda antara variabel terikat Y dan dua variabel bebas X1 dan X2
ry1          = Korelasi antara variabel X1 dengan variabel Y
ry2          = Korelasi antara variabel X2 variabel Y
r12             = Korelasi antara variabel X1 dengan Variabel X2

7.      Mencari Persamaan Garis Regresi Harga Koefisien Tiap Prediktor
Persamaan garis regresi adalah untuk memprediksikan harga variabel Y (terikat) berdasarkan variabel X (bebas), atau sebaliknya (Marzuki, dkk, 2009:272). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
            Ý = a + b1 X1  + b2 X2
Keterangan:
Ý         : Y yang diprediksikan
X1          : Variabel bebas 1 (tinggi badan)
X2          : Variabel bebas 2 (kekuatan otot lengan)
b1            : Koefisien prediktor 1
b2            : Koefisien prediktor 2
a          : Bilangan konstan
8.      Analisa Rasio F Regresi
Analisa regresi adalah sebenarnya kependekan dari analisis varians garis regresi, yaitu analisis varians terhadap garis regresi (Marzuki, dkk, 2009:288). Hal ini dimaksudkan untuk menguji signifikansi garis regresi yang diperoleh. Dengan demikian sebagaimana analisis varians, hasil analisis regresi juga akan menghasilkan rasio F yang nantinya dikonsultasikan pada tabel nilai-nilai F. Jika nilai F hitung lebih dari nilai F tabel maka nilai dinyatakan signifikan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Freg      
Keterangan :
F              = Analisa Rasio F regresi
R              = Hasil korelasi ganda yang dikuadratkan
N             = Jumlah sampel
m             = Jumlah variabel bebas (dalam penelitian ini ada 2)
9.      Menghitung Bobot Sumbangan Relatif (SR %) dan Bobot Sumbangan Efektif (SE %)
Untuk menghitung bobot sumbangan relatif (SR%) dan sumbangan efektif (SE%) menggunakan rumus seperti yang disebutkan oleh Marzuki, dkk., (2004:321-324), sebagai berikut:
a.       Bobot Sumbangan Relatif
    
    x 100%
b.      Bobot Sumbangan Efektif
SE%X1      =  SR%X1 . R2
SE%X2      =  SR%X2 . R2
10.  Kriteria Penolakan dan Penerimaan Hipotesis (Uji Hipotesis)
Hipotesis nol (H0) diterima, bila hasil rhitung lebih kecil atau sama dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya hipotesis nol (H0) ditolak, bila rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikan 5%, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
















BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A.    Deskripsi Data
Peneliti melakukan penelitian tanggal 25 juni 2011 di SMA Negeri 1 Pemangkat yang dilakukan selama 1 hari dari pukul 13.00 – 16.00 WIB. Sebelum melakukan pengambilan data, siswa diberikan pengarahan tentang tata cara pelaksanaan dan penjelasan teknik dasar lempar cakram secara singkat kemudian siswa melakukan pemanasan dan streaching (peregangan).
Pelaksanan pengambilan data dilakukan dengan dua tahap. tahap pertama siswa diukur tinggi badannya kemudian melakukan tes kemampuan lempar cakram gaya menyamping, dan tahap kedua siswa melakuakan tes kekuatan otot lengan dengan malakukan tes angkat tubuh selama 30 detik kemudian melakukan tes kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Hasil tes kemampuan lempar cakram gaya menyamping diambil skor yang terbaik. Antara pengambilan data tahap pertama dan tahap kedua diberikan waktu istirahat selama 15 menit.
42
Setelah memperoleh data dari hasil melakukan tes dan pengukuran di lapangan, yaitu mengukur tinggi badan, melakukan tes kekuatan otot lengan dan melakukan tes dan pengukuran kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Data kasar yang didapat kemudian disusun ke dalam sebuah tabel dan diurutkan sesuai dengan skor pada tiap variabel. Selanjutnya data tersebut diselesaikan melalui perhitungan statistik.
Skor mentah yang sudah tersusun kemudian dicari rata-rata hitung (mean) yang digunakan untuk mencari standard deviasi (simpangan baku). Hasil perhitungan statistik disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Hasil perhitungan rata-rata hitung dan simpangan baku data skor



Hasil
Tinggi Badan
(X1)
Kekuatan Otot
Lengan
(X2)
Kemampuan Lempar Cakram
(Y)
Mean
163.53
11.15
14.63
Simpangan Baku
18.2
4.58
2.94

Dari tabel di atas didapatlah hasil simpangan baku tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kemampuan lempar cakram gaya menyamping yang digunakan untuk mencari T-skor. (perhitungan selengkapnya pada lampiran 2, 3 dan 4)
T-skor dicari karena hasil tes dan pengukuran tinggi badan yang menggunakan satuan centimeter (cm), kekuatan otot lengan dengan menghitung berapa banyak tiap sampel dapat melakukan dan kemampuan lempar cakram dengan satuan meter (m) agar dalam perhitungan statistik tidak menghasilkan skor negatif. Hasil perhitungan statistik T-skor disajikan dalam tabel 4.2 berikut: (perhitungan selengkapnya pada lampiran 5)
Tabel 4.2
Hasil perhitungan T-skor


Rata-rata tinggi badan
X1
Rata-rata kekuatan otot lengan
X2
Rata-rata kemampuan lempar cakram
Y
49,9975
50,001
40,98775

Setelah melakukan perhitungan skor dengan menggunakan rumus T-skor, kemudian data tesebut dihitung untuk mencari korelasi antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping, tinggi badan dengan kekuatan otot lengan dan korelasi ganda antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil perhitungan statistik disajikan dalam tabel 4.3 berikut: (perhitungan selengkapnya pada lampiran 5)
Tabel 4.3
Hasil perhitungan korelasi antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping


zzzzzxzzzzzzzzzzzzzz
Perhitungan
Koefisien Korelasi
Kesimpulan
Tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping (X1Y)
rx1y = 0,805
H0 ditolak
Kekuatan Otot lengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping (X2Y)
rx2y = 0,367
H0 ditolak
Tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping ( R )
R = 0,836
H0 ditolak
               db = 40 – 1 = 39, r tabel = 0,316

 
Berdasarkan tabel di atas dapat menjawab hipotesis yang berbunyi:
1.      Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011 diterima. Artinya, berdasarkan data empirik sebagai hasil pengujian di lapangan atau pada pada kelompok sampel yang bersangkutan terbukti bahwa ada hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.
2.       Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011 diterima. Artinya, berdasarkan data empirik sebagai hasil pengujian di lapangan atau pada pada kelompok sampel yang bersangkutan terbukti bahwa ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.
3.      Ada sumbangan gabungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri  1 Pemangkat tahun 2011 diterima. Artinya, berdasarkan data empirik sebagai hasil pengujian di lapangan atau pada pada kelompok sampel yang bersangkutan terbukti bahwa ada hubungan antara tinggi badan, kemampuan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.
Perhitungan statistik selanjutnya adalah mencari persamaan garis regresi dan rasio F regresi. Berdasarkan hasil persamaan garis regresi tersebut diperoleh persamaan garis regresi gandanya sebagai berikut: (perhitungan selengkapnya pada lampiran 5)
Ý = - 0.16 + 0,895 X1  + 0,108 X2
Dari persamaan tersebut dilihat bahwa harga koefisien b1 untuk tinggi badan lebih besar dibandingkan harga koefisien kekuatan otot lengan.
Hasil perhitungan rasio Freg yang disajikan dalam tabel 4.4 berikut: (perhitungan selengkapnya pada lampiran 5)
Tabel 4.4
Hasil perhitungan rasio Freg



F hitung
F tabel
42,92
5% = 3,25 dan 1% = 5,21

Berdasarkan nilai Freg yang diperoleh signifikan. Hal ini berarti bahwa skor kemampuan lempar cakram gaya menyamping dapat diprediksikan dari skor tinggi badan dan skor kekuatan otot lengan.
Hasil perhitungan sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) disajikan dalam tabel 4.5 berikut: (perhitungan selengkapnya pada lampiran 5)
Tabel 4.5
Hasil perhitungan sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE)



Variabel
SR
SE
X1
94,92 %
66,34%
X2
5,08%
1,53%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui besar sumbangan relatif dan sumbangan efektif tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping masing-masing 94,92% dan 66,34%, sedangkan kekuatan otot lengan masing-masing 5,08% dan 1,53%. Dengan demikian tinggi badan memberikan sumbangan yang lebih besar dibandingkan kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.

B.     Analisis Data, Hasil Penelitian, dan Interpretasi
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh adanya hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Hal ini dapat dilihat pada pembahasan dari analisis korelasi dan regresi tiap prediktor (variabel bebas) yaitu tinggi badan (X1), kekuatan otot lengan (X2) dengan kriterium (variabel terikat) yaitu kemampuan lempar cakram gaya menyamping (Y) sebagai berikut:
1.      Hubungan tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping
Berdasarkan analisis diperoleh sumbangan relatif (SR) dari tinggi badan dengan hasil lempar cakram gaya menyamping sebesar 94,92% dan sumbangan efektif (SE) sebesar 66,34%. Dengan demikian dapat dikatakan ada kontribusi yang berarti dari tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Jadi semakin tinggi badan seseorang, maka semakin baik pula kemampuan lempar cakram gaya menyampingnya.
Dari hasil perhitungan korelasi product moment, diperoleh koefisien korelasi rx1y = 0,805, dan dari hasil rhitung dikonsultasi dengan rtabel taraf signifikansi 5% dengan db 39 yaitu 0,316 yang berarti rhitung > rtabel. Dengan demikian, dapat diketahui ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ternyata tinggi badan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memberikan sumbangan yang berarti pada kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Semakin tinggi badan, secara teknis memberikan hasil pada sudut lemparan, sebagai salah satu aspek penting dalam melakukan lemparan pada lempar cakram. Berorientasi pada kenyataan tersebut terlihat bahwa tinggi badan sangat diperlukan bagi seseorang untuk memberikan sumbangan pada sudut lemparan pada saat melakukan lemparan.
2.      Hubungan kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping
Berdasarkan analisis diperoleh sumbangan relatif (SR) dari kekuatan otot lengan dengan hasil lempar cakram gaya menyamping sebesar 5,08% dan sumbangan efektif (SE) sebesar 1,53%. Dengan demikian dapat dikatakan ada kontribusi yang berarti dari kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Jadi apabila seseorang memiliki kekuatan otot lengan yang baik, maka baik pula kemampuan lempar cakram gaya menyampingnya.
Dari hasil perhitungan korelasi product moment, diperoleh koefisien korelasi rx2y = 0,367, dan dari hasil rhitung dikonsultasi dengan rtabel taraf signifikansi 5% dengan db 39 yaitu 0,316 yang berarti rhitung > rtabel. Dengan demikian, dapat diketahui ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ternyata kekuatan otot lengan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memberikan sumbangan yang berarti pada kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Semakin baik kekuatan otot leengan seseorang, secara teknis memberikan kekuatan lemparan sebagai salah satu aspek penting dalam melakukan lemparan pada lempar cakram. Berorientasi pada kenyataan tersebut terlihat bahwa kekuatan otot lengan sangat diperlukan bagi seseorang untuk memberikan sumbangan pada kekuatan lemparan pada saat melakukan lemparan.
3.      Hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa tinggi badan, kekuatan otot lengan mempunyai hubungan yang penting dalam melakukan lemparan sejauh-jauhnya pada lempar cakram gaya menyamping.
Adapun total sumbangan efektif yang diperoleh yaitu sebesar 67,87%, yang dihasilkan dari tinggi badan sebesar 66,34%, dan kekuatan otot lengan sebesar 1,53%. Berdasarkan sumbangan tersebut dari kedua prediktor (variabel bebas) hanya menyumbang 67,87% dari keseluruhan kemampuan lempar cakram gaya menyamping. Sedangkan sisanya 32,13% disumbang oleh faktor yang lain.








BAB V
50
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
2.      Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
3.      Ada sumbangan gabungan yang signifikan antara tinggiu badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pemangkat tahun 2011.
B.     Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, sebagai beikut:
1.      Dengan adanya hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dengan kemampuan lempar cakram gaya menyamping, maka guru penjaskes dilingkungan Kabupatem Sambas khususnya untuk guru penjaskes SMA Negeri 1 Pemangkat diharapkan dapat memperhatikan faktor-faktor yang sumbangan yang berarti terhadap jauhnya lemparan yaitu tinggi badan dan kekuatan otot lengan.
2.      Hendaknya perlu adanya penelitian lebih lanjut yang meneliti faktor-faktor lainnya untuk mencari besarnya sumbangannya terhadap kemampuan lempar cakram gaya menyamping.




















DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Heri., dkk. (2005). Undang-Undang Keolahragaan Nasional Secercah Harapan Buat Olahragawan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.



Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.



Carr, Gerry A. (2000). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Fajar Interpratama Offset
.
Chaniago, Amran Ys. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Pustaka Setia.



Djumidar. (2005). Dasar-Dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka.



Ismaryati. (2006). Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press.



Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.



-----------------. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.



Martin A.  M., dan F. V. Bhaskarra. (2002). Kamus Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya: Karina Surabaya.



Marzuki, dkk. (2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Muhadjir. (2007). Bugar Jasmaniku Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact.



Muhajir. (1996). Pendidikan  Jasmani dan Kesehatan untuk SMU Kelas 1 Jilid 1. Bandung: Erlangga.



Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Nurhasan.(2001). Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani Prinsip-Prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.



Prawirasaputra, Sudradjad, dkk. (2000). Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Depdikbud.



Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.



Roji. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.



Sajoto, M. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Edisi Revisi. Semarang: Dahara Prize.



Sjarifuddin, Aip. (1987). Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jilid 5 untuk Kelas V SD. Jakarta: CV. Baru.






Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Administrasi Di Lengkapi Metode R&D. Bandung: Alfabeta.



Sukintaka. (2004). Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan, Teori Pendidikan Jasmani. Bandung: Nuansa.



Syarifuddin. (1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.



Syarifuddin, Aip. (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.



TIM. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3. Jakarta: Balai Pustaka.



TIM STKIP PGRI Pontianak. (2010). Pedoman Oprerasional Tahun Akademik 2010/2011. Pontanak: STKIP PGRI Pontianak.




TIM Redaksi Pustaka Yustisia. 2009. Komplikasi Perundangan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.


Yudiana, Yuyun, dkk. (2008). Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.